Tuesday, September 11, 2012

Janganlah Membuka Aib Orang Lain


Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: "Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!"
Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah:
"Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.
Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."
Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."
Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"
Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT."
Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."
Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.
Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."
Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?"
Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"

sumber :http://vaseppi-junior.blogspot.com
READ MORE

Pengalaman Pahit Rasulullah SAW di Thaif

Thaif dalam sejarah awal perjuangan Rasulullah Muhammad SAW memang sangat pahit. Terhitung tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk melakukan dakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi.
Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, jika warga kota Thaif mau menerima Islam, kota ini akan dijadikan tempat berlindung bagi warga muslimin dari kekejaman kaum musyrikin Makkah.
Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat secara diam-diam dan dengan berjalan kaki, Rasulullah mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari untuk berdakwah dan meminta perlindungan. Namun, ternyata penduduk Thaif melakukan penolakan dan memperlakukan Rasulullah dengan kasar.
Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.
Saat itu, Rasulullah SAW berdoa,
“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
Dari do’a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah SAW saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, ikhlas dan sabar, serta tidak pernah berputus asa. Seperti sejumlah cerita yang diriwayatkan kembali Ulama Hadist terkenal, Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri kedua Rasulullah SAW).
Ia (Aisyah) berkata, “Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib.
Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah SAM melanjutkan.
“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” Jawab Rasulullah SAW, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“ Subhanallah..!!

sumber :
M. Rizal Maslan - detikNews
READ MORE

Sifat Nabi Muhammad Yang Patut Di Contoh



Kurang lebih kisahnya sebagai berikut....


Pada suatu hari nabi Muhammad saw akan pergi berdakwah,dan saat di perjalanan nabi bertemu dengan orang yang membenci nabi,kemudian orang itu meludahi nabi muhammad,nabi tak menjawab atau pun menghiraukannya.pada hari berikutnya kejadian itu terjadi lagi dan nabi pun tak menghiraukannya kembali.di hari ketiga nabi muhammad tidak bertemu lagi dengan orang yang suka meludahinya.beliau pun bingung dan bertanya ke sahabat."wahai sahabat,kemana orang yang suka meludahi saya?".sahabat pun menjawab "dia sedang sakit wahai nabiku"..kemudian nabi muhammad berkata "tplong antarkan saya kerumahnya"..
Kemudian nabi muhammad pun pergi diantar oleh sahabat,sa'at sampai di depan rumah orang yang di tuju,orang tersebut kaget dan berkata "hei muhammad,apa yang sedang kamu lakukan disini??kalau mau balas dendam jangan sekarang.anti saja kalau saya sudah sembuh!"...nabi muhammad pun menjawab "saya disini bukan mau membalas dendam,tapi saya mau menjenguk anda." ... lalu nabi muhammad pun menyembuhkan orang tersebut dengan izin Allah..
Dan orang tersebut langsung sembuh,lalu dia bersujud kepada nabi muhammad saw sambil menangis,pada akhirnya orang itu masuk islam dengan sungguh-sungguh..



Dapatkah anda mengambil hikmah dari kisa di atas?
itu pendapat masing-masing.....
Smoga Bermanfa'at..


sumber : http://vaseppi-junior.blogspot.com
READ MORE

Saturday, September 8, 2012

Nabi Yahya dan Iblis

Kisah berikut tentang perjumpaan Nabi Yahya dengan Iblis yang membawa perangkap.
“Untuk apa itu, Iblis?”
“Ini syahwat, untuk memikat manusia.”
“Adakah padaku yang bisa kaujerat?”
“Tak ada,” kata Iblis. “Tapi pernah terjadi suatu malam. Engkau makan kenyang, lalu aku menjeratmu, sehingga engkau malas sembahyang.”
“Ah, kalau begitu aku tidak akan makan kenyang lagi.”
“Menyesal sekali, aku sudah membuka rahasia itu kepadamu.”
Kata guru ngaji di kampung, orang yang makan kenyang malas beribadah. Tubuh jadi gemuk, badan terasa berat, dan bawaan-nya ingin tidur melulu. Kata mereka, “Jika kamu dalam keadaan kenyang, anggaplah dirimu sedang lumpuh.” Abu Bakr r.a. pernah mengatakan, “Sejak aku masuk Islam belum pernah aku mengenyangkan perut, karena ingin merasakan nikmatnya ibadah.”
***
Dari Sahabat
READ MORE

Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat

Ini adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.
Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”
Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”
Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, “Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa’ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?”
Maka Adam berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS.”
Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa’at menghadap Rabb-mu?”
Maka Nuh berkata, “Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!”
Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami?”
Maka Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!”
Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Lalu Musa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!”
Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Maka Isa berkata, “Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!”
Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa’atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami?”
Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah ‘Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, “Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa’at niscaya akan dikabulkan!”
Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, “Ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku, ummatku wahai Rabb-ku!”
Lalu disampaikan dari Allah kepadanya, “Wahai Muhammad, masukkan ke surga di antara umatmu yang tanpa hisab dari pintu sebelah kanan dari sekian pintu surga, dan mereka adalah ikut memiliki hak bersama dengan manusia yang lain pada selain pintu tersebut dari pintu-pintu surga.”
Di dalam kisah ini, Rasulullah SAW juga menceritakan bahwa lebar jarak antara kedua sisi pintu surga itu, bagaikan jarak Makkah dan Hajar, atau seperti jarah Makkah dan Bushro. Hajar adalah nama kota besar pusat pemerintahan Bahrain. Sedangkan Bushro adalah kota di Syam. Bisa kita bayangkan, betapa tebalnya pintu-pintu surga itu..
Itulah sekelumit kisah nyata di masa depan ketika hari kiamat. Pada hari itu, Rasulullah SAW memberi syafa’at kepada ummatnya. Pada hari itu Rasulullah SAW menjadi sayyid (tuan)nya manusia. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. (h)
Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari – Muslim
***
Hudzaifah.org
Oleh: Abusafar
 
    READ MORE

    Kisah Seorang Pemuda, Mati Satu Tumbuh Seribu

    Pada zaman dahulu kala, sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, hiduplah seorang raja. Dia memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Suatu ketika, tukang sihir ini berkata kepada raja, “Sesungguhnya saya telah lanjut usia, maka utuslah kepada saya seorang pemuda agar saya mengajarinya ilmu sihir.” Si tukang sihir ini menginginkan agar ada generasi muda yang dapat meneruskan ilmu sihirnya. Lalu sang raja mengutus seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
    Ketika dalam perjalanan, pemuda yang diutus itu menjumpai seorang Rahib (seorang Nasrani yang ahli ibadah). Lalu pemuda itu duduk di hadapan sang Rahib dan mendengarkan ucapannya. Ternyata Pemuda ini terkesan dengan perkataan sang Rahib. Akhirnya, setiap kali pemuda ini ingin menemui si Tukang Sihir, ia selalu menemui si Rahib dahulu untuk duduk kepadanya. Setelah itu barulah dia menemui si Tukang Sihir. Dan setiap kali dia bertemu si Tukang Sihir, pemuda ini selalu dipukul karena selalu terlambat. Terlambat gara-gara selalu menemui si Rahib dalam perjalanan.
    Karena selalu dipukul, pemuda ini melaporkannya kepada si Rahib. Rahib lalu menanggapinya, “Kalau kamu takut tukang sihir, maka katakanlah: ‘Saya tertahan oleh keluarga saya’, dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakanlah: ‘Saya tertahan oleh Tukang Sihir.’”
    Nah, pada suatu hari Pemuda ini memergoki seekor binatang besar yang merintangi orang banyak. Lalu dia berkata, “Hari ini saya akan mengetahui, tukang sihir yang lebih afdhal ataukah rahib yang lebih afdhal?”
    Lalu dia ambil sebuah batu dan berdoa, “Ya Allah, jikalau perkara sang Rahib yang lebih Engkau cintai daripada perkara tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini sehingga orang-orang bisa berlalu.”
    Kemudian dia lemparkan batu itu dan berhasil membunuhnya. Sehingga orang lain pun dapat meneruskan perjalanan. Akhirnya, Pemuda ini mendatangi Rahib dan menceritakan kejadian barusan kepadanya.
    Menanggapi hal tersebut, Rahib berkata, “Hai Putraku, engkau sekarang lebih utama daripada aku, perkaramu telah sampai pada apa yang aku lihat. Dan sesungguhnya engkau bakal diuji. Jika engkau benar-benar diuji maka janganlah engkau menunjukkan kepada aku.”
    Singkat cerita, maka jadilah Pemuda ini sebagai orang yang bisa menyembuhkan buta bawaan, sopak, dan mengobati orang-orang dari semua penyakit (dengan izin Allah).
    **
    Suatu ketika, ada seorang buta yang mendengar tentang hal ini. Si buta ini adalah teman dekat Raja. Dia lalu mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang melimpah.
    Si Buta berkata, “Semua yang ada di sini adalah untukmu jika kamu bisa menyembuhkan aku.”
    Lalu si Pemuda tadi menanggapinya, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta’ala. Jika Anda beriman kepada Allah Ta’ala saya akan memohon kepada Allah, maka Dia pasti menyembuhkanmu.”
    Kemudian si Buta beriman kepada Allah, dan Allah membuatnya sembuh. Orang yang tadinya buta itu kemudian mendatangi raja dan duduk menemaninya sebagaimana selama ini ia duduk menemani Raja. Sang Raja melihat dia sudah tidak buta lagi. Kemudian bertanya, “Siapa yang telah mengembalikan kebutaanmu ini?”
    “Tuhanku dan Tuhan Anda adalah Allah” jawab teman Raja itu.
    Akibat perkataannya itu sang Raja menghukum dan terus menyiksanya, sampai ia menunjukkan tentang adanya seorang Pemuda. Akhirnya Pemuda itu pun didatangkan dan Raja berkata kepadanya, “Hai Putraku, sihirmu telah sampai pada tingkat menyembuhkan penyakit buta bawaan, sopak, dan engkau telah berbuat dan berbuat!”
    Maka si Pemuda menjawabnya, “Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun. Sesungguhnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta’ala.”
    Akibat perkataannya itu, sang Raja menghukumnya dan terus menyiksanya, hingga ia memberitahu adanya seorang Rahib. Akhirnya si Rahib didatangkan pula. Raja berkata kepadanya, “Tinggalkan agamamu!”
    Tapi si Rahib menolaknya. Sehingga Raja memerintahkan untuk mengambil gergaji. Gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya, lalu dibelahnya kepala itu, hingga robohlah kedua belahannya. Kemudian teman dekat Raja yang sudah tidak buta itu dihadirkan lagi. Sang Raja berkata kepadanya, “Tinggalkan agamamu itu!”
    Dia pun menolaknya. Maka gergaji diletakkan di tengah-tengah kepalanya, dan dia dibelah hingga roboh kedua belahannya itu. Kemudian si Pemuda itu dihadirkan. Sang Raja berkata kepadanya, “Tinggalhkan agamamu!”
    Sang Pemuda menolaknya. Sehingga sang Raja menyodorkan pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya. Sang Raja memerintahkan, “Pergilah, bawa ia ke gunung ini dan itu, dan jika kamu telah sampai pada puncaknya, maka jika ia meninggalkan agamanya, bebaskan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkan dia.”
    Sekelompok sahabat Raja tadi membawa pemuda itu ke pergi ke puncak gunung. Pemuda itu pun berdo’a, “Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki.”
    Lalu tiba-tiba gunung bergetar, menggoncang para sahabat Raja dan mereka berjatuhan. Akhirnya Pemuda tersebut berjalan menuju Raja. Raja heran dan bertanya kepadanya, “Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?”
    “Allah ta’ala telah mencukupi aku terhadap mereka” jawab Pemuda itu. Akhirnya sang Raja menyerahkan Pemuda ini kepada sekelompok sahabatnya lagi. Dia memerintahkan, “Bawalah dia dan naikkan dia di atas sebuah perahu hingga ke tengah laut. Jika dia menginggalkan agamanya, maka lepaskan. Jika tidak, maka ceburkan dia.”
    Maka sekonyong-konyong para sahabat Raja itu membawanya. Si Pemuda ini lalu berdoa lagi, “Ya Allah, cukupkanlah saya terhadap mereka dengan sesuatu yan Engkau kehendaki.”
    Maka tiba-tiba kapal pun terbalik dan mereka mati tenggelam. Pemuda ini lalu berjalan lagi mendatangi Raja. Raja terheran-heran lagi, dan dia bertanya, “Apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatmu?”
    Si Pemuda menjawabnya, “Allah Ta’ala telah mencukupi aku terhadap mereka.”
    Lantas Pemuda ini berkata lagi, “Sesungguhnya Anda tidak bisa membunuh saya hinga Anda mau mengerjakan apa yang saya perintahkan kepada Anda.”
    “Apa itu?” tanya Raja.
    “Anda kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang, dan Anda salib saya di atas pohon korma. Kemudian ambillah satu anak panah dari tempat penyimpanan anak panah saya. Kemudian letakkan anak panah tepat pada tengah-tengah busur, kemudian ucapkanlah: ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya Pemuda ini’. Kemudian panahlah saya.
    Maka sesungguhnya jika Anda melakukan hal tersebut maka Anda pasti bisa membunuh saya”, jawab Pemuda itu dengan rinci. Akhirnya sang Raja menuruti saran Pemuda itu. Dia kumpulkan orang-orang dalam satu tanah lapang. Dia juga menyalib Pemuda itu di atas batang pohon korma. Kemudian dia ambil satu anak panah dari kantongnya, dia letakkan di tengah-tengah busur panah, dan dia mengucapkan, “Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini.”
    Kemudian dia bidikkan anak panah itu kepadanya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis Pemuda itu. Si Pemuda meletakkan tangannya pada pelipisnya, kemudian dia meninggal.
    Dari peristiwa itu, maka ternyata orang-orang banyak yang mengatakan, “Kami beriman dengan Tuhannya pemuda ini.” Lalu Sang Raja diberitahu tentang kondisi tersebut. Dia mendapatkan laporan, “Apakah Anda melihat apa yang dulu Anda khawatirkan? Orang-orang telah beriman.”
    Sang Raja lalu memerintahkan menggali parit di mulut-mulut jalan yang ada di antara rumah-rumah. Parit pun di gali dan api dikobarkan di dalamnya.
    Raja lalu berkata, “Siapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkan ia ke dalamnya!” Sehingga setiap orang yang tidak mau keluar dari agamanya, diperintahkan Raja, “Masuklah (ke dalam parit)!”
    Mereka melakukan hal tersebut terus menerus hingga datang seorang wanita. Bersama wanita ini juga ada seorang pemuda cilik miliknya. Wanita itu enggan untuk menceburkan diri ke dalam api. Maka si pemuda cilik tersebut berkata kepadanya, “Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada di atas yang benar.”
    HIKMAH KISAH
    Demikianlah sebuah kisah nyata yang disampaikan dari Rasulullah SAW. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dalam kisah ini. Di antaranya, bahwa pengorbanan nyawa seorang pemuda yang istiqomah beriman kepada Allah, justru telah menjadikan masyarakat luas ikut beriman kepada Allah. Pengorbanan pemuda itu bahkan turut menjadikan seorang anak cilik beriman kepada Allah, dan si cilik itu meneguhkan pendirian ibunya. Subhanallah. Sungguh luar biasa pengorbanan di jalan Allah. “Mati satu tumbuh seribu”…
    ***
    Maraji’ : Hadits Riwayat Bukhari
    Hudzaifah.org
    READ MORE

    BANGUNAN YANG TIDAK RUSAK DAN PEMILIK YANG TIDAK BISA MATI



    Diriwayatkan seorang raja berhasil membangunkan kota dengan segala keperluannya yang cukup megah. Kemudian raja itu mengundang rakyatnya untuk berpesta ria menyaksikan kota itu. Pada setiap pintu, penjaga diperintahkan untuk menanyai setiap pengunjung adakah cela dan kekurangan kota yang dibangunnya itu.
    Hampir seluruh orang yang ditanyai tidak ada cacat dan celanya. Tetapi ada sebahagian pengunjung yang menjawabnya bahwa kota itu mengandungi dua cacat celanya. Sesuai dengan perintah raja, mereka ditahan untuk dihadapkan kepada raja.

    "Apa lagi cacat dan cela kota ini?" tanya raja.
    "Kota itu akan rosak dan pemiliknya akan mati." Jawab orang itu. Tanya raja, "Apakah ada kota yang tidak akan rosak dan pemiliknya tidak akan mati?"
    "Ada. Bangunan yang tidak boleh rosak selamanya dan pemiliknya tidak akan mati." Jawab mereka.
    "Segera katakan apakah itu." Desak raja.
    "Surga dan Allah pemiliknya," jawabnya tegas.
    Mendengar cerita tentang syurga dan segala keindahannya itu, sang raja menjadi tertarik dan merinduinya. Apa lagi ketika mereka menceritakan tentang keadaan neraka dan azabnya bagi manusia yang sombong dan ingin menandingi Tuhan. Ketika mereka mengajak raja kembali ke jalan Allah, raja itu pun ikhlas mengikutinya. Ditinggalkan segala kemegahan kerajaannya dan jadilah ia hamba yang taat dan beribadah kepada Allah.
    READ MORE