“Kisah Ashabul Kahfi”
merupakan suatu kisah benar mengenai beberapa orang pemuda yang tertidur di dalam sebuah gua, dan cuma bangun 309 tahun kemudian.
Pemuda-pemuda beriman ini hidup pada masa
Raja Diqyanus di Rom, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa
‘alaihissalaam
Mereka hidup di tengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja
yang zalim. Demi menjaga iman, mereka melarikan diri dari kota, dikejar
oleh tentera raja untuk dibunuh. Hingga pada suatu ketika, sampailah
mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai sebagai tempat
persembunyian.
Para Pemuda Beriman yang Berlindung di dalam Gua
Penulis: Al-Ustadz Abu ‘Umar Muhammad hafizhahullah
Para pembaca semoga Allah
subhanahu wa ta’ala menanamkan dalam hati-hati kita keimanan, di antara bukti-bukti kebesaran dan kekuasaan Allah
subhanahu wa ta’ala adalah
kisah Ashabul Kahfi, yang didalamnya terdapat banyak pelajaran yang bisa kita petik, tentunya bagi orang-orang yang beriman kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan hari akhir.
Kisah Ashhabul Kahfi
Saudara pembaca semoga Allah
subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Allah
subhanahu wa ta’ala memberitakan kisah yang agung ini di dalam Al-Qur`an tepatnya dalam surat al Kahfi.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) kisah ini dengan
benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb
mereka, dan Kami tambahkan untuk mereka petunjuk.” (
Al-Kahfi: 13)
Mereka adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, yang meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah
subhanahu wa ta’ala semata,
mereka teguh di atas keyakinan yang benar tersebut. Meskipun harus
bertentangan dengan mayoritas kaum mereka yang berada dalam kesesatan,
dan kesyirikan (menyekutukan Allah
subhanahu wa ta’ala dengan sesembahan selain Allah
subhanahu wa ta’ala).
Allah
subhanahu wa ta’ala mengisahkan perkataan mereka di dalam firman-Nya:
“Lalu mereka pun berkata, “Rabb kami adalah Rabb seluruh langit
dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru (beribadah kepada) Rabb selain
Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian (menyeru/beribadah kepada
selain-Nya) telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.”
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai Rabb-Rabb (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang
yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (
Al-Kahfi: 14-15)
Jumlah Mereka
Adapun jumlah mereka sebagian ahli tafsir menguatkan
bahwa jumlah mereka tujuh orang dan yang ke delapan anjingnya, Allah menyebutkan persangkaan orang-orang ahlul kitab tentang jumlah mereka. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah
tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah, “Rabb-ku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.”
Karena itu janganlah kamu (Muhammad) berdebat tentang hal mereka,
kecuali perdebat lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka
(pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (
Al-Kahfi: 22)
Berlindung di Gua
Setelah
mereka sepakat bahwa tidak mungkin tetap tinggal bersama kaum mereka
yang menyembah berhala, maka para pemuda tersebut bermusyawarah diantara
mereka, dan memutuskan untuk berlindung di dalam sebuah gua demi
menyelamatkan akidah dan keyakinan mereka. Setelah sebelumnya mereka
berdoa kepada Allah
subhanahu wa ta’ala:
“Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan Kami (ini).” (
Al-Kahfi: 10)
Lalu Allah
subhanahu wa ta’ala pun mengabulkan doa mereka dan memudahkan urusan mereka.
Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang cukup luas
sehingga mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah juga
menidurkan mereka di dalam gua tersebut, sebagaimana firman-Nya
(artinya):
“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (
Al-Kahfi: 11)
Maksudnya Allah
subhanahu wa ta’ala menidurkan mereka.
Penjagaan Allah terhadap Mereka
Para pembaca
rahimakumullah, dalam tidurnya yang sangat panjang tersebut Allah menjaga tubuh mereka agar tidak rusak. Di antara bentuk penjagaan Allah
subhanahu wa ta’ala adalah:
1. Sinar matahari tidak masuk ke dalam gua, sehingga tidak
langsung mengenai tubuh mereka, dengan demikian mereka pun tidak merasa
kepanasan dengan sengatan sinar matahari.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua
mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke
sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.
Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang mendapat petunjuk;
dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan
seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (
Al-Kahfi: 18)
Para pembaca
rahimakumullah, sebagaimana telah disebutkan di
atas bahwa mereka ditidurkan oleh Allah, namun dengan kekuasaan-Nya,
Allah menjadikan orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka dalam
terbangun.
Sebagaimana di dalam firman-Nya (artinya):
“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur.” (
Al-Kahfi: 17)
Mengapa demikian? Para ahli tafsir mengatakan hal itu terjadi karena mata mereka terbuka. (lihat
Tafsir as-Sa’diy)
Wallahu a’lam.
2. Penjagaan Allah agar tubuh mereka tidak dimakan tanah,
yaitu dengan dibolak-balik tubuh mereka dalam tidur panjangnya itu,
sehingga tubuh mereka tidak rusak dimakan tanah.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua kakinya di muka pintu gua.” (
Al-Kahfi: 18)
3. Penjagaan Allah terhadap mereka dari orang-orang yang
ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani
mendekati mereka.
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling
dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi
oleh ketakutan terhadap mereka.” (
Al-Kahfi: 18)
Lama Mereka Tinggal di Gua
Mereka tinggal di dalam gua itu dalam
keadaan tertidur selama tiga ratus sembilan tahun (309 tahun), Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan mereka tinggal dalam gua tersebut (selama) tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”(
Al-Kahfi: 25)
Lalu Allah
subhanahu wa ta’ala membangunkan mereka agar saling bertanya-tanya di antara mereka sudah berapa lamakah mereka tinggal di dalam gua?
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara
mereka, “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?).” Mereka menjawab,
“Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain
lagi), “Rabb kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di
sini).” (
Al-Kahfi: 19)
Kemudian mereka merasakan lapar, lalu diutuslah salah seorang di antara mereka dengan membawa uang perak untuk membeli makanan.
Maka didapati oleh pemuda tersebut negeri (yaitu negeri Diqsus) yang
sudah berubah, penduduknya pun telah berganti, tidak dia dapati lagi
pemerintah yang mengenali mereka, dan tidak seorang pun yang dia kenal
dari penduduk negeri tersebut.
“
Maka suruhlah salah seorang di antara kalian untuk pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah
makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untuk
kalian, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan hal kalian kepada seorang pun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya
mereka akan melempar kalian dengan batu, atau memaksa kalian kembali
kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan
beruntung selama lamanya.
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka,
agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa
kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.” (
Al-Kahfi: 19-21)
sumber : http://kaahil.wordpress.com/2012/04/15/bagus-kisah-cerita-riwayat-ashhabul-kahfi-kisah-7-orang-pemuda-seekor-anjing-yang-tertidur-selama-309-tahun-di-dalam-gua-doa-ashabul-kahfi-ketika-di-dalam-gua-hikmah-kisah-as/