Tuesday, December 25, 2012

9 Penemuan Ilmuwan Islam yang Mempengaruhi Peradaban

Kehidupan modern tak lepas dari penemuan-penemuan ilmuwan Muslim. Proyek 1001 Muslim Inventions kembali mengingatkan sejarah 1000 tahun warisan muslim yang terlupakan, demikian dikutip dari inilah.com.
“Ada sebuah lubang dalam ilmu pengetahuan manusia, melompat dari zaman Renaisans langsung kepada Yunani, ujar Chairman Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban Profesor Salim Al Hassani.
Dalam sebuah pameran 1001 Muslim Inventions, diketahui banyak penemuan ilmuan Muslim yang sangat bermanfaat dalam pembangunan peradaban manusia. Inilah 9 penemuan muslim yang luar biasa tersebut.
1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.
Tindakan Medis
2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.
3. Mesin Terbang
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.
Mesin Terbang
4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima Al Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan Universitas Al Qarawiyyin dan terus beroperasi hingga 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang Al Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
Universitas Al Qarawiyin
5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 Kitab Al Jabr Wal Mugabala, yang diterjemahkan ke dalam buku The Book of Reasoning and Balancing. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.
6. Optik
Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm, ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn Al Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.
Konsep Kamera Obscura
7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.
8. Sikat Gigi
Menurut Profesor Salim Al Hassani, Nabi Muhammad mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.
9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al Jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini.
READ MORE

Adab saat bersin

Bersin adalah sesuatu yang disukai Allah Ta’ala, dan bahkan bersin itu adalah pemberian dari Allah.

Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلْعُطَاسُ مِنَ اللهِ وَالتَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ،
فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَهُ عَلَى فِيْهِ،
وَإِذَا قَالَ: آهْ آهْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَضْحَكُ مِنْ جَوْفِهِ،
وَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ

“Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari syaithon. Jika salah seorang diantara kalian menguap, hendaknya dia menutup dengan tangannya. Jika ia mengatakan, “aah…” berarti syaithon sedang tertawa di dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai perbuatan bersin dan membenci menguap.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2746; al-Hakim, IV/264; Ibnu Khuzaimah, no. 921 dan Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 2666. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami’, no. 4009).
Agar bersin yang kita lakukan bisa mendatang pahala di sisi Allah Ta’ala, maka hendaklah kita memperhatikan adab-adab yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala kita sedang bersin. Berikut ini adalah adab-adab yang harus kita perhatikan ketika bersin. Semoga Allah Ta’ala memberikan pertolongan kepada kita untuk mengamalkannya.
Pertama : Meletakkan Tangan Atau Baju ke Mulut Ketika Bersin
Salah satu akhlaq mulia yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersin adalah menutup mulut dengan tangan atau baju. Hal ini sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau bersin.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيْهِ
وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ

“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau meletakkan tangan atau bajunya ke mulut dan mengecilkan suaranya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5029; at-Tirmidzi, no. 2745 dan beliau menshohihkannya. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim, IV/293, beliau menshohikannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
Di antara hikmahnya, kadangkala ketika seseorang itu bersin, keluarlah air liur dari mulutnya sehingga dapat menggangu orang yang ada disebelahnya, atau menjadi sebab tersebarnya penyakit dengan ijin Allah Ta’ala. Maka tidak layak bagi seorang muslim menyakiti saudaranya atau membuat mereka lari. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua : Mengecilkan Suara Ketika Bersin
Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas.
Dalam redaksi yang lainnya disebutkan,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ كَفَّيْهِ عَلَى وَجْهِهِ وَلْيَخْفِضْ صَوْتَهُ

“Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaklah ia meletakkan tangannya ke wajahnya dan mengecilkan suaranya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim, IV/264 dan beliau menshohihkannya. Disepakati pula oleh adz-Dzahabi, dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, no. 9353. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami’, no. 685)
Betapa banyaknya orang yang terganggu atau terkejut dengan kerasnya suara bersin. Maka sudah selayaknya setiap muslim mengecilkan suaranya ketika bersin sehingga tidak mengganggu atau mengejutkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Ketiga : Memuji Allah Ta’ala Ketika Bersin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk mengucapkan tahmid tatkala bersin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوْهُ أَوْ صَاحِبُهُ: يَرْحَمُكَ اللهُ،
فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللهُ، فَلْيَقُلْ : يَهْدِيكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Jika salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia mengucapkan Alhamdulillah, jika ia mengatakannya maka hendaklah saudaranya atau temannya membalas: yarhamukalloh (semoga Allah merahmatimu). Dan jika temannya berkata yarhamukallah, maka ucapkanlah: yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6224 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ،
فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ، فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika salah seorang dari kalian bersin dan memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan tasymit (yarhamukalloh) …” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6226 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Keempat : Mengingatkan Orang Yang Bersin Agar Mengcapkan Tahmid Jika Ia Lupa
Jika kita mendapati orang yang bersin namun tidak memuji Allah Ta’ala, hendaklah kita mengingatkannya. Ini termasuk bagian dari nasihat.
‘Abdullah bin al-Mubarak melihat orang lain bersin tapi tidak mengucapkan Alhamdulillah, maka beliau berkata kepadanya, “Apa yang seharusnya diucapkan seseorang jika ia bersin?” Orang itu mengatakan, “Alhamdulillah.” Maka Ibnul Mubarak menjawab, “Yarhamukalloh.”
Kelima : Tidak Perlu Mendo’akan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut
Demikianlah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam. Beliau bersabda:
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيُشَمِّتْهْ جَلِيْسُهُ،
فَإِنْ زَادَ عَلَى ثَلاَثٍ فَهُوَ مَزْكُوْمٌ، وَلاَ يُشَمَّتْ بَعْدَ ثَلاَثٍ
“Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah orang yang ada di dekatnya mendo’akannya. Dan jika (ia bersin) lebih dari tiga kali berarti ia sakit. Janganlah kalian men-tasymit bersinnya setelah tiga kali.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034; Ibnus Sunni, no. 251; dan Ibnu ‘Asakir, 8/257. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Jaami’, no. 684)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلاَثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَامٌ

“Do’akanlah saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang sakit.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iiman, 7/32. Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743)
Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Yarhamukalloh.” Kemudian ia bersin lagi, maka Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:
اَلرَّجُلُ مَزْكُوْمٌ

“Laki-laki ini sedang sakit.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2993)
Keenam : Tidak Mengucapkan Tasymit Terhadap Orang Kafir Yang Bersin Meskipun Ia Mengucapkan Alhamdulillah
Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,
كَانَ الْيَهُوْدُ يَتَعَاطَسُوْنَ عِنْدَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-
يَرْجُوْنَ أَنْ يَقُوْلَ لَهُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ،
فَيَقُوْلُ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
Dahulu orang Yahudi sengaja bersin di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan harapan Nabi mengatakan,  “yarhamukumulloh (semoga Allah merahmatimu)” tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Yahdikumulloh wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5038 dan At-Tirmidzi, no. 2739. Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih).
Dikutip dari buku Panduan Amal Sehari Semalam, karya Abu Ihsan Al-Atsary dan Ummu Ihsan Chairiyah, cetakan ke-3, hal. 277 – 280, dengan sedikit perubahan kata.

 Artikel www.attaubah.com, dipublish ulang oleh www.remajaislam.com
READ MORE

Monday, December 24, 2012

Adab diam dalam sholat Jum’at

Setiap muslim yang ta’at, terutama lelaki harus datang dalam sholat Jum’at. Dalam menghadiri sholat Jum’at di masjid, ada beberapa adab yang harus diperhatikan, salah satunya adalah diam tidak berbicara pada saat imam berkhutbah. Larangan ini didukung oleh beberapa hadits berikut:
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya:
Barangsiapa yang berwudhu, lalu memperbagus wudhunya kemudian ia mendatangi (shalat) Jum’at, kemudian (di saat khutbah) ia betul-betul mendengarkan dan diam, maka dosanya antara Jum’at saat ini dan Jum’at sebelumnya ditambah tiga hari akan diampuni. Dan barangsiapa yang bermain-main dengan tongkat, maka ia benar-benar melakukan hal yang batil (lagi tercela)” HR. Muslim no. 857
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya:
Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khutbah Jum’at, maka ia seperti keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya: ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen). Siapa yang diperintahkan untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jum’at baginya (artinya: ibadah Jum’atnya tidak sempurna, pen).” HR. Ahmad 1: 230
Dari Salman Al Farisi, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya:
Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” HR. Bukhari no. 883

Memperingatkan orang lain saat khutbah cukup dengan isyarat

Jika ada orang yang berbicara saat khotib berkhutbah, maka kita boleh mengingatkannya namun cukup dengan isyarat saja. Hal ini sesuai dengan perkataan imam Nawawi yang artinya, “Jika kita ingin beramar ma’ruf kala itu, maka cukuplah sambil diam dengan berisyarat yang membuat orang lain paham. Jika tidak bisa dipahami, cukup dengan sedikit perkataan dan tidak boleh lebih dari itu.”
Anas bin Malik mendukung pernyataan ini secara tidak langsung dalam sebuah hadits, beliau berkata, “Tatkala Rasulullahh shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas mimbar, berdirilah seseorang dan bertanya, “Kapan hari kiamat terjadi, wahai Nabi Allah?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diam, tidak mau menjawab. Para sahabat lalu berisyarat pada orang tadi untuk duduk, namun ia enggan.” HR. Bukhari no. 6167, Ibnul Mundzir no. 1807, dan Ibnu Khuzaimah no. 1796
Hadits diatas menunjukkan bahwa para sahabat juga melakukan amar ma’ruf ketika khotib berkutbah, yakni dengan isyarat saja, tidak berbicara. Mengenai kerugian berbicara ketika khotib berkutbah, Rasulullah pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang artinya:
Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.” HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851

Larangan menjawab salam orang lain

Menurut Shahih Fiqh Sunnah 1:589, adalah sebuah larangan untuk menjawab salam orang lain saat imam berkhutbah. Cara membalasnya hanyalah cukup dengan isyarat saja. Isyarat bisa dilakukan dengan gerakan tangan atau gerakan kepala. Hal ini sesuai dengan fatwa dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz yang berkata bahwa:
“Menjawab salam saat khutbah tidaklah diperintahkan. Bahkan kita hendaknya shalat tahiyyatul masjid, duduk dan tidak mengucapkan salam pada yang lain hingga selesai khutbah. Jika ada yang memberi salam padamu, maka cukuplah balas dengan isyarat sebagaimana halnya jika engkau diberi salam ketika shalat, yaitu membalasnya cukup dengan isyarat. … Jika ada di antara saudaranya yang memberi salam sedangkan saat itu imam sedang berkhutbah, maka balaslah salamnya dengan isyarat, bisa dengan tangan atau kepalanya. Itu sudah cukup, alhamdulillah.” (Dikutip dari website resmi Syaikh Ibnu Baz di sini)

Menjawab salam khotib

Imam selalu mengucapkan salam saat naik mimbar untuk berkhutbah. Hukum menjawab salam ketika itu adalah fardhu kifayah, yang artinya jika sebagain sudah menjawab, maka yang lain gugur kewajibannya. Dalam sebuah kitab fiqh dari madzhab Hambali, Al Inshof diakatakan bahwa,
Menjawab salam imam (ketika ia masuk dan menghadap jama’ah) dan juga menjawab setiap salam adalah sesuatu yang diperintahkan dan hukumnya fardhu kifayah bagi para jama’ah kaum muslimin.”
Jika anda berkeinginan menjawab salam dari imam, maka harus menggunakan suara yang keras terbatas, yakni keras yang sekiranya didengar oleh Imam. Dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobil, 13:6 Asy Syamilah, ‘Ali Al Qori berkata bahwa:
Menjawab salam dan tidak terdengar (di telinga orang yang memberi salam), itu belum menggugurkan kewajiban.”

Menjawab kumandang adzan

Dalam hal menjawab kumandang adzan pada saat sholat Jum’at dan sudah ada di masjid, ada adab yang harus dipatuhi. Yakni mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, yang artinya:
Jika kalian mendengar kumandang adzan dari muadzin, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan.” HR. Muslim no. 384
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin dalam Syarhul Mumthi’ berkata bahwa “Jika imam telah memberi salam kepada jama’ah, ia disunnahkan duduk hingga selesai kumandang adzan. Ketika itu, hendaklah menjawab seruan muadzin (dengan mengucapkan yang semisal) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mendengar seruan muadzin, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan.” Hadits ini adalah umum. Jika imam berada di mimbar, hendaklah ia menjawab adzan, begitu pula makmum. Hendaklah mereka mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin kecuali pada lafazh ‘hayya ‘alash sholaah’ dan ‘hayya ‘alal falaah’, hendaklah mereka ucapkan ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’.”
Sedangkan adab menjawab suara adzan adalah dengan suara lirih, sebagaimana asal adab do’a dan dzikir kepada Allah. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara.” QS. Al A’rof: 205
Dan juga firman Allah Ta’ala berikut, yang artinya:
Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” QS. Al A’rof: 55

Menjawab Shalawat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Menjawab shalawat Nabi adalah hal yang disarankan untuk dilakukan, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Tholib, mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, yang artinya:
Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” HR. Tirmidzi no. 3546 dan Ahmad 1: 201
Dalam kitab Asnal Matholib, salah satu ulama Fikh Syafi’iyah mengatakan bahwa mendengar khotib bersalawat hendaknya mengeraskan suara untuk membalas shalawat tersebut. sedangkan bagi ulama Syafi’iyah lainnya mengatakan bahwa disunahkan diam dan menjawab sholawat tidak wajib. Sedangkan ulama Hambali mengatakan bahwa boleh menjawab sholawat namun dengan suara yang lirih seperti berdoa. Intinya adalah menjawab shalawat ketika khotib mengucapkannya adalah diperbolehkan namun afdolnya menggunakan suara yang lirih.

Menjawab orang yang bersin dan sodoran berjabat tangan

Menurut Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin, menjawab orang bersin saat imam berkhutbah tidak diperbolehkan karena hal ini termasuk berbicara dan terlarang serta hukumnya haram. Seorang muslim saja tidak diperintahkan mengucapkan salam. Jika salam saja dilarang, maka menjawab orang bersin juga tidak diperbolehkan. Orang yang bersin tidak diperkenankan mengeraskan bacaan “alhamdulillah” ketika imam berkhutbah, oleh karena itu ucapannya tidak perlu dibalas dengan “yarhamukallah”. Mengenai orang yang ingin mengajak bersalaman, sebaiknya tidak dilakukan karena termasuk berbuat lalai. Namun tidak mengapa jika menyambut sodoran tangan orang lain karena dikhawatirkan menjadi mafsadat, lalu jangan ditambah dengan kata-kata. Setelah shalat baru dijelaskan padanya bahwa hal ini adalah terlarang.

Berbicara kepada khotib

Adabnya adalah diperbolehkan untuk berbicara kepada khotib saat khutbah, baik ketika khotib memulai pembicaraan, bertanya atau ketika menjawab pembicaraannya dengan syarat bahwa ada hajat yang cukup penting. Seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Anas bin Malik yang mana ia pernah berkata, yang artinya:
Ada seorang Arab badui mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saat itu beliau sedang berkhutbah Jum’at. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, hewan ternak pada binasa …” HR. Bukhari no. 1029
Orang tersebut mengucapkan demikian karena hujan tidak berhenti setelah Rasulullah meminta hujan lewat shalat istiqo’ sehingga hewan ternak menjadi mati. Ia meminta supaya Rasullullah berdoa meminta Allah menghentikan hujan.
Demikian bahasan kami tentang adab diam ketika sholat jum’at dan beberapa kasus yang sedang terjadi. Intinya adalah berkata-kata ketika khatib sedang berkhutbah adalah haram, kecuali jika ada hajat atau maslahat. Semoga hal ini bermanfaat bagi kita.


Sumber : http://ridwanaz.com/islami/fiqih/adab-diam-dalam-sholat-jumat/
READ MORE

Saturday, December 15, 2012

Kisah seorang pemungut sampah


Pada saat itu ada seorang wanita yang banyak atau merasa memiliki banyak dosa selama ia hidup. Ia sering melakukan maksiat dan jarang berbuat baik,tetapi ia ingin berubah. Lalu ia bertaubat kepada Allah. Setelah bertaubat ia masih takut dengan dosa-dosanya. Ia pergi ke masjid setiap pagi untuk sholat dhuha, setelah sholat dhuha ia memungut sampah yang ada di sekitar masjid sambil bersholawat membuang sampah sampai bersih. Setiap hari ia selalu mengerjakan hal itu,setelah melakukan hal itu ia baru mengerjakan kegiatan sehari-harinya. Hari demi hari berlalu, suatu hari imam masjid melihat ibu itu sedang memungut sampah di masjid.lalu imam masjid menyuruh marbot membersihkan sampah besok. Pagi-pagi ibu itu datang melakukan kegiatan sehari-hari.setelah selesai sholat dhuha ibu itu menangis,karena tidak ada sampah yang bisa dia buang. Saat itu juga imam masjid melihat ibu itu menangis,imam pun menghampirinya.”Ada apa bu, kenapa ibu menangis ?” Tanya imam masjid. “Saya sedih,karena tidak ada sampah yang bisa saya buang” jawab si ibu.”Lo bukannya bagus bu kalo ga ada sampah,indah dilihatnya” imam masjid heran.ibu itu menjawab dengan nada pelan “sebelumnya jangan beritahu siapa-siapa ya pak”.”iya bu” kata si imam masjid.”Jadi begini pak,saya dulu banyak melakukan maksiat,jadi ini amalan yang menurut saya bisa saya lakukan”. “Setiap hari saya memungut sampat dan membuangnya ke tempat sampah sambil mengucapkan sholawat,karena sampah-sampah inilah yang akan menjadi saksi di akhirat nanti”jawab ibu itu. “Subhanallah,saya yang selama ini menganggap bahwa saya sudah cukup, ternyata masih kurang” dalam hati imam masjid. “Jadi sekarang apa yang ibu mau?” Tanya imam masjid. “Saya ingin bapak tidak usah membersihkan sampah-sampah yang ada di masjid sampai saya meninggal” jawab si ibu. “Baik kalau begitu” kata imam masjid.Mereka menyetujuinya. Seperti biasanya ibu itu melakukan kegiatan sehari-harinya. Waktu berjalan dan berjalan terus. Pada suatu hari imam masjid tidak melihat ibu itu membersihkan sampah,ternyata saat ia cari tahu ibu itu telah wafat. Imam masjid pun ikut menyolati dan menguburnya dalam hati imam ”Terima kasih”.   
 
Itulah cerita tentang ”KISAH PEMUNGUT SAMPAH”
Apa pelajaran yang bisa diambil ?

READ MORE

Wednesday, December 12, 2012

Adab dikamar mandi dan buang air

Saya hanya akan menulis poin-poinnya saja :

1.Menjauh dari keramaian

2.Dahulukan kaki kiri dan berdo'a

3.Berjongkok lebih baik

4.Tidak menghadap dan membelakangi kiblat di ruang terbuka

5.Tidak di tempat berteduh,sumber air,tempat-tempat umum. (pengundang laknat)

6.Mencari tempat rendah

7.Tidak mengenai tubuh dan baju (najis)

8.Tidak berbicara/sambil ngobrol

9.Tidak boleh menjawab salam dan azan

10.Tidak kencing di air menggenang

11.Tidak cebok menggunakan tangan kanan

12.Tidak  makan menggunakan tangan kiri

13.Sesudah bangun tidur tidak boleh mencelupkan tangan ke bak mandi (cuci tangan dahulu) dan tidak boleh makan

14.Tidak boleh ragu-ragu

15.Tidak berlama-lama

16.Keluar dengan kaki kanan
READ MORE