KALIMAT-kalimatnya menyerbu hati
orang-orang Anshar. Suaranya bak lentera yang mengusir kegelapan syirik. Dia
adalah Mush’ab al-Khair, salah seorang pendekar keimanan.
Ia seorang pemuda Quraisy yang hidup manja
dan mulia di tengah keluarganya. Dia menyatukan antara penampilan yang elok dan
akal yang cemerlang. Apa yang dimakan dan dipakainya di pagi hari tidak sama
dengan apa yang dimakan dan dipakainya di sore hari.
Kalimat-kalimat iman menembus
telinganya dan bersemayam di hatinya, sehingga ia menyatakan keislamannya.
Memasuki rumah Arqam dan menemui Rasulullah SAW secara sembunyi-sembunyi.
Kemudian keluarganya mengetahuinya, sehingga mereka mengikat dan menahannya.
Lalu di kabur bersama Muhajirin ke Habsyah, pulang ke Makkah, kemudian hijrah
ke Madinah.
Dia berkulit lembut tidak tinggi dan
tidak pendek. Dia adalah delegasi pertama dalam Islam, dan orang pertama yang
mengumpulkan jamaah di Madinah.
Beliau meninggalkan kehidupan yang
nikmat kepada kehidupan sederhana dan kemiskinan. Serta memakai pakaian paling
kasar. Kezuhudannya memberikan kesan di hati orang-orang Anshar.
Suatu hari Nabi SAW duduk bersama para
sahabat untuk menyirami hati mereka dengan tutur katanya. Dalam kondisi
demikian datanglah Mush’ab bin Umair ra. dengan memakai pakaian bertambal sulam
dan using. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau kasihan dan iba.
Kemudian Nabi SAW bersabda, “Lihatlah orang yang hatinya
diterangi Allah ini! Dulu aku melihatnya di antara kedua orang tua yang
menyuapinya dengan makanan dan minuman yang terbaik. Aku pernah melihatnya
memakai pakaian yang dibelinya seharga dua ratus dirham. Lalu kecintaan kepada
Allah dan kecintaan kepada rasul-Nya mengajaknya kembali kepada kondisi yang
kalian lihat.”
***
Abdurrahman bin Auf pernah diberi
makanan. Saat makanan itu ditaruh di depannya, dia menangis keras. Kemudian dia
berkata sambil mengatur napas yang tersengal-sengal, “Mush’ab terbunuh pada
perang Uhud, namun kami tidak menemukan kain untuk mengafaninya. Saat itu dia
memakai namirah. Bila kami tutupi kepalanya, maka kedua kakinya tampak. Jika
kami tutupi kakinya, maka kepalanya tampak. Lalu Nabi SAW menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dengan pakaian itu, dan menutupi kedua kakinya dengan daun
phon idzkhar”
Mush’ab adalah symbol keberanian dan
pengorbanan. Dia memiliki dua tangan: satu tangan untuk membawa bendera dan
satu tangan lainnya untuk menyabetkan pedang. Ketika perang Uhud dia membawa
bendera dengan tangan kanannya.
Ketika tangan kanannya putus, maka dia
membawanya dengan tangan kirinya. Ketika tangan kirinya putus, maka ia
membawanya di antara dua lengannya pada dadanya. Lalu Ibnu Qami’ah menyerangnya
dan menusuknya dengan tombak hingga tembus tubuhnya yang suci. Innalillahi.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete