Qabil yang merasa lahir bersama Iqlima ingin agar ia yang menikahinya, namun nabi Adam melarangnya karena Allah swt sudah menentukan pernikahannya dari waktu kelahiran. Aku tidak terlalu mengerti tentang dunia manusia pada saat itu kami para gagak sedang fokus mencari gagak yang bersalah. Kami para gagak memiliki hukum sendiri yang diberikan oleh Allah swt. Pengadilan gagak akan digelar apabila salah seekor gagak mencuri sarang gagak lain, berusaha merampas betina gagak lain, atau merebut makanan gagak-gagak kecil. Setiap kesalahan memiliki hukumannya masing-masing. Jika kasus mencuri sarang, kami menghancurkan sarang yang dicurinya lalu berteriak mencela habis-habisan sang pencuri dan menyuruhnya membuat sarang baru untuk gagak yang sarangnya dicuri olehnya. Jika merebut betina gagak lain kami akan membunuh tersangka dengan paruh kami beramai-ramai. jika merebut makanan dari gagak muda kami akan mencabuti bulu-bulu tersangka hingga terlihat seperti anak gagak. Pengadilan gagak digelar di tanah lapang atau tempat terbukan yang luas. Bagi yang telah sampai duluan akan menunggu yang belum hadir sampai semuanya hadir barulah pengadilan bisa dimulai.
Selagi kami mengejar gagak yang bersalah untuk di adili, Allah memerintahkan nabi Adam agar putra-putranya memberikan penyerahan untuk Allah swt. Bagi yang penyerahannya diterima berhak menikahi Iqlima. Hari penyerahanpun tiba, Habil datang membawa domba yang paling gemuk lalu diletakkan diatas bukit sambil berdo'a agar korbannya diterima, sedangkan Qabil datang membawa gandum yang masih hijau atau belum masak setelah meletakkan korban ia pergi. Akhirnya korban Habil yang diterima. Qabil semakin kesal dengan Habil dan berteriak, "Aku pasti akan membunuhmu!". Allah sudah menerima korban Habil dan menolak korban dari Qabil. Habil berkata pada saudaranya. "Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa."(Al-Maa'idah:27)
Qabil kembali berkata, "Aku akan membunuhmu..!". Sambil pergi ke arah gubuknya, Habil menjawab, "Sungguh kalau engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan dosaku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."(Al-Maa'idah:28-29)
Habil kembali pada istrinya Iqlima. Mereka sudah menikah dan hidup bersama beberapa hari. Tanda-tanda kehamilan telah terlihat pada Iqlima. Qabil semakin bernafsu untuk membunuh Habil. Kami akhirnya menemukan gagak yang bersalah dan memulai pengadilan. Matahari mulai terbenam Qabil datang kepada Habil yang sedang tertidur diatas tanah setelah bekerja. Tangan Qabil mengayunkan tulang rahang keledai yang besar dan memukulnya dengan cepat, Habil terbangun tapi tidak berbuat apa-apa. Qabil memukul Habil terus menerus. Pada pukulan kelima, Habil sudah tidak bergerak. Qabil menghentikan pukulannya karena Habil sudah mati. Ia duduk terpaku di depan jasad Habil.
Pengadilan gagak ditunda besok dan aku pulang. Aku berdiri diatas pohon sambil melihat Qabil yang kebingungan. Esoknya pengadilan gagak pun selesai dengan tersangka dijatuhi hukuman mati. Aku membawa bangkai gagak untuk di kuburkan. Aku tidak berniat terbang ke arah Qabil, tapi sayapku mengarah dengan sendirinya mendekati Qabil yang sedang berjalan membawa jasad Habil. Aku diperintahkan oleh salah satu malaikat, "Wahai gagak, Allah mengutusmu untuk memperlihatkan pada anak Adam bagaimana cara menguburkan bangkai saudaranya."
Aku turun membawa bebanku di hadapan Qabil. Aku letakkan bangkai gagak dan mulai menggali tanah, kurapatkan kedua sayap gagak itu dan kuangkat badannya dan kuletakkan di dalam galianku. Pandanganku berkata padanya. "Kami telah membunuhnya dengan adil dan kami mengetahui bahwa bangkainya tetap harus dihargai, sementara engkau..." Aku mengaok keras di hadapannya. Kemudian aku terbang meninggalkannya, sambil terbang aku mendengar jeritan Qabil, "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?"
Generasi mereka pun lahir dari keturunan Habil dan keturunan Qabil. Bisa jadi tradegi ini dapat terulang di zaman ini. Aku adalah saksi atas anak adam dan menjadi gurunya untuk beberapa saat.
"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" (Al-Maa'idah:31)
Demikian cerita tentang burung gagak dan putra nabi Adam, semoga bermanfaat
Referensi:
Kisah-kisah Hewan dalam Al-Quran 1, Ahmad Bahjat
Kisah-kisah Hewan dalam Al-Quran 1, Ahmad Bahjat
No comments:
Post a Comment