Mereka pun hanya bisa berdalih dengan mengucapkan penyesalan atas apa yang terjadi. Nggak lebih. Meskipun sudah banyak korban tak berdosa berjatuhan, Israel malah terus melanjutkan agresinya dengan senjata mereka yang serba lengkap, super power, multicanggih, melawan rakyat Palestina yang hanya bersenjatakan batu.
Oh, bukan. Sebenarnya bukan 2 pekan yang lalu Israel menjajah Palestina, sudah bertahun-tahun lamanya Israel menyerang Palestina. Hanya saja, baru kali ini militer Israel bener-bener semakin kalap bin sarap meluluh-lantakkan Gaza. Bahkan rakyat Israel sendiri, mengutuk serangan militer pemerintahnya ke Gaza. Pertanda, bahwa militer Israel bener-bener melampaui batas dalam agresi. Gimana nggak? Baru-baru ini, bahkan pasukan PBB yang hendak menyalurkan bantuan kemanusiaan saja untuk korban peperangan itu, Israel malah menyerangnya. Dengan dalih, mereka menyelundupkan persediaan senjata, untuk… ah, entahlah untuk siapa? Masih samar, dan belum tentu benar.
Kenapa, oh kenapa? Harus kaum Muslimin, saudara-saudara kami, yang jadi korban pelanggaran HAM tingkat tinggi yang dilakukan Israel. Dan dunia malah diam membisu, hanya bersaksi di depan tipi namun sedikit yang bereaksi.
Ada satu kisah yang membuat saya ikut perih merasakan penderitaan rakyat Palestina. Cikgu Azmi Abdul Hamid, delegasi dari Malaysia yang pernah berkunjung ke kamp pengungsian rakyat Palestina di antara Suriah dan Irak. Disana, suatu hari ada seorang pemuda berusia 16 tahun mendatangi beliau dan bertanya. “Apakah kami ini menjadi beban bagi dunia Islam dan kaum Muslimin?”. Beliau diam tak menjawab, lalu remaja itu berkata lagi. Kalau memang kami ini menjadi beban bagi dunia Islam dan kaum Muslimin, dan keadaannya seperti sekarang, rasanya hanya ada satu jalan keluar.
Bunuh saja kami dan biarkan kami binasa, agar hidup kami tak membebani hidup kalian. Setelah itu, dunia Islam dan kaum Muslimin bisa tidur dengan tenang…
Ces… Seperti ada sesuatu yang menusuk kalbu. Setelah mendengar pertanyaan dan kalimat itu, katanya, berminggu-minggu beliau tak mampu mengatupkan mata. Selalu aja terngiang lagi di telinganya kalimat pemuda Palestina itu. “Hati saya perih. Apakah benar kita tak menginginkan keselamatan mereka dan apakah benar kita tak mampu memberikan pertolongan yang maksimal untuk mereka” tanyanya agak retoris.
Mungkin kematian mereka bagian dari takdir yang telah ditetapkan. Tapi, apa sebutan bagi kita, yang memiliki sekian alasan untuk menutupi kelalaian dan ketidakberdayaan? “Tolonglah saudaramu yang dizalimi, atau yang menzalimi.” Begitu sabda Rasulullah SAW. Menolong yang dizalimi dengan membela, dan menolong yang menzalimi dengan memberi peringatan keras kepadanya.Ada sebuah pepatah Cina, “when you see the enemy, you will see a thousand of battle” rasanya tepat untuk menggambarkan situasi yang dialami dunia sekarang ini. Tapi jangan hanya melihat, mendengar, lalu diam karena terlalu bingung melihat jumlah dan besarnya persoalan. Kemudian mulai mencari-cari alasan untuk tak melakukan sesuatu dan menghindari masalah dengan berkata, “Apalah artinya orang kecil seperti saya?”
Katakan dengan berani pada diri kita sendiri, “Don’t give me a thousand of excuse to do nothing. Give me at least one reason to lift the burden.” Jangan beri aku sejuta kilah untuk tak berbuat apa-apa. Beri aku satu saja, satu alasan untuk melakukan yang aku mampu.
Nah, untuk itu kebetulan saya nemu artikelnya kang Hakimtea. Disitu ada banner-banner dan link donasi untuk mendukung saudara-saudara kita di Palestina. Seandainya bila kita nggak mampu untuk berangkat langsung ke lokasi jihad, seandainya bila kita nggak mampu untuk menyisihkan uang jajan kita untuk membalut luka para korban perang, seandainya bila kita tak mampu untuk berkata-kata melihat penderitaan rakyat Palestina, tapi ingin membantu.
Cukuplah dengan memasang banner seperti dibawah ini di sidebar blog anda sebagai bentuk kepedulian dan dukungan untuk Palestina.
It’s better than nothing. Itu lebih baik daripada nggak melakukan sesuatu sama sekali…
MARI SELAMATKAN PALESTINA!
sumber :http://gielardino.wordpress.com/2009/01/10/selamatkan-palestina/
No comments:
Post a Comment